Jepang menempati urutan ke-2 di dunia di belakang Republik
Rakyat Cina dalam tonase penangkapan ikan (tahun 1989: 11,9 juta ton), kenaikan
tipis dari 11,1 juta ton pada tahun 1980. Setelah terjadi krisis minyak 1973,
perikanan laut dalam di Jepang menurun. Pada tahun 1980-an, total tangkapan
ikan per tahun rata-rata 2 juta ton. Perikanan lepas pantai mencapai 50 % dari
penangkapan ikan total pada akhir 1980-an, meski beberapa kali mengalami
kenaikan dan penurunan.
Perikanan pesisir dilakukan dengan perahu kecil, jala, atau
teknik penangkaran terhitung sekitar sepertiga produksi total industri
perikanan Jepang. Sementara itu, perikanan lepas pantai dengan kapal ukuran
menengah terhitung sekitar lebih dari separuh produksi total. Di antara hasil
laut yang diambil misalnya: sarden, cakalang, kepiting, udang, salem,
cumi-cumi, kerang, tuna, saury, yellowtail, dan makerel.
Jepang termasuk salah satu negara yang memiliki armada
perikanan terbesar di dunia. Walaupun demikian, Jepang adalah negara pengimpor
hasil laut terbesar di dunia (senilai AS$ 14 milyar) Sejak tahun 1996, Jepang
berada di peringkat ke-6 dalam total tangkapan ikan di bawah RRC, Peru, Amerika
Serikat, Indonesia, dan Chili. Jepang juga menebarkan kontroversi dengan
mendukung perburuan ikan paus.
Orang Jepang sejak lama menyukai ikan segar. Tetapi tidak
banyak ikan yang tersedia di perairan
yang dekat dengan Jepang dalam beberapa dekade ini. Jadi untuk memberi makan populasi Jepang,
kapal-kapal penangkap ikan bertambah
lebih besar dari sebelumnya. Semakin jauh para nelayan pergi, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
membawa hasil tangkapan itu ke daratan.
Jika perjalanan pulang mencapai beberapa hari, ikan tersebut tidak segar lagi. Orang Jepang tidak menyukai
rasanya. Untuk mengatasi masalah ini,
perusahaan perikanan memasang freezer di kapal mereka. Mereka akan menangkap ikan dan langsung membekukannya di
laut.
Freezer memungkinkan
kapal-kapal nelayan untuk pergi semakin jauh dan lama. Namun, orang Jepang dapat merasakan perbedaan
rasa antara ikan segar dan beku, dan
mereka tidak menyukai ikan beku. Ikan beku harganya menjadi lebih murah. Sehingga perusahaan perikanan memasang
tangki-tangki penyimpan ikan di kapal
mereka. Para nelayan akan menangkap ikan dan langsung menjejalkannya ke dalam tangki hingga
berdempet-dempetan. Setelah selama
beberapa saat saling bertabrakan, ikan-ikan tersebut berhenti bergerak.
Mereka kelelahan dan
lemas, tetapi tetap hidup. Namun, orang Jepang masih tetap dapat merasakan perbedaannya. Karena ikan
tadi tidak bergerak selama berhari-hari,
mereka kehilangan rasa ikan segarnya. Orang Jepang menghendaki rasa ikan segar yang lincah,
bukan ikan yang lemas.
Mengapa Perikanan Jepang Maju??
Saya menemukan beberapa sebabnya yaitu :
1. Pertemuan antara 2 arus air laut, yakni arus air laut
panas dan arus air laut dingin. (Oyashiwo dan kuroshiwo).
2. Air laut relatif dangkal dan ombaknya tenang.
3. Pertemuan antara 2 arus laut dan dangkalnya laut di
jepang mendorong tersedianya banyak makanan bagi ikan, seperti plankton, rumput
laut, dan lainnya.
4. Iklim yang baik dan mendukung bagi perkembang biakan
ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar