Tokushima, 1973
Di sebuah pabrik terlihat seseorang sedang mengamati para
pekerja sedang melakukan tugasnya. Secara tekun dia mengawasi dan memastikan
bahwa tidak ada masalah dalam proses produksi. Berusaha dekat dengan para
pekerja dan berinteraksi dengan mereka.
Dia adalah Akihiko Otsuka , kepala pabrik di Otsuka Pharmaceutical.
Akihiko merupakan anak dari Masahito Otsuka yang menjadi presiden direktur dan
cucu dari pendiri perusahaan. Dalam kepemimpinan Masahito yang kharismatik, perusahaan sudah memproduksi
beberapa obat yang menjadi andalan perusahaan seperti obat oles Oronine G dan
minuman Oronamin C. Seakan tidak mau
kalah dengan kesuksesan kakek dan ayahnya, Akihiko ingin menciptakan sebuah
produk yang belum pernah ada. Akihiko yang baru berusia 35 tahun bertekad untuk
mengembangkan produk yang dapat menjadi pilar perusahaan dengan tangannya
sendiri.
Suatu hari Akihiko didatangi oleh Rokuro Harima, salah seorang
staf-nya yang bertanggung jawab dalam pengembangan minuman. Harima yang
berpenampilan serius dijuluki sebagai ahli rasa dan dipercaya menangani
pengembangan produk andalan Oronamin C. Harima mengeluarkan sebotol cairan
infus dan mengusulkan dijadikan sebuah produk minuman. Usul ini tentu saja
membuat kaget dan bingung Akihiko, bagaimana mungkin cairan infus bisa menjadi
sebuah minuman?
Harima lalu bercerita tentang pengalaman buruk yang
dialaminya saat berada di Meksiko. Saat itu Harima yang sedang melakukan survey
mengalami diare parah karena kondisi air bersih disana cukup buruk. Dia dirawat
di rumah sakit yang fasilitas medisnya terbatas, bahkan cairan infus pun tidak
ada. Oleh seorang dokter dia diberi obat harus minum dengan air soda karena
kondisi air putih disana kurang baik. Dokter itu lalu menjelaskan air dan zat gizi berkurang secara drastis
karena diare . Kalau tidak menambah kadar air tubuh akan terjadi dehidrasi atau
kekurangan cairan. Akhirnya Harima mengerti dan teringat peristiwa ketika melihat
seorang dokter yang meminum cairan infus untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang setelah melakukan operasi berjam-jam. Saat itu Harima mempunyai ide
untuk mengembangkan cairan infus sebagai
produk yang layak diminum.
Akihiko menyimak serius pengalaman dan ide Harima tadi.
Sesaat dia meresapi usulan itu.Namun menurutnya belum saatnya cairan infus
diproduksi menjadi layak minum. Harima terlihat sedikit kecewa dengan jawaban
tersebut.
Tanpa terasa tiga tahun waktu berlalu. Tahun 1976 Akihiko
Otsuka sudah menjadi Presiden Direktur Otsuka Pharmaceutical ke-3 dalam usia 38
tahun menggantikan posisi ayahnya. Pada suatu hari Akihiko memanggil Harima
kedalam ruangannya. Harima datang didampingi staf-nya seorang peneliti muda
yang bernama Akihisa Takaisci yang
berusia 33 tahun.
Akihiko mengungkapkan bahwa dia ingin mengembangkan minuman
cairan infus yang diusulkan oleh Harima tiga tahun yang lalu. Harima cukup
kaget mendengarnya, namun terlihat senang dan tersenyum - suatu hal yang sangat
jarang terjadi. Akihiko menambahkan, inilah saatnya untuk mengembangkan minuman
tersebut dengan alasan banyak orang melakukan jogging yang sedang trend. Dengan
jogging otomatis keringat akan banyak keluar dari tubuh. Akihiko ingin
menciptakan sebuah minuman kesehatan yang bisa menggantikan cairan keringat
yang sudah keluar dari tubuh tadi, tentu dengan komposisi yang sama dengan
dengan keringat agar tenaga cepat pulih kembali. Namun tentu saja dengan rasa
yang berbeda dengan keringat. Konsep rasa dijelaskan oleh Akihiko yaitu membuat
minuman yang mempunyai rasa yang tidak membosankan. Walaupun diminum setiap
hari tetapi harus terasa enak ditenggorokan!
Setelah mengerti apa yang diinginkan oleh sang presdir,
akhirnya Harima dan Takaichi meninggalkan ruangan. Harima menyerahkan tugas ini
sepenuhnya kepada Takaichi dan menyanggupinya.
Sejak saat itu Takaichi mulai melakukan
eksperimen-eksperimen. Dimulai dengan pergi ke sauna untuk mengetahui bagaimana
rasa keringat itu sesungguhnya dan ternyata rasanya asiiiiiin banget bisiknya
saat mencicipi keringatnya sendiri. Lain waktu dia berjalan-jalan disekitar
kantor, kembali menyimpan keringatnya ke dalam gelas. Sesampainya di
laboratorium dia menganalisa komposisi keringatnya saat berjalan dan
membandingkannya dengan keringat saat disauna.
Dan ternyata hasilnya cukup mengagetkan. Komposisi nilai konsentrasi
kadar garam atau ion Natrium saat di sauna mencapai 145, sedangkan saat
berjalan hanya 20. Takaichi baru menyadari bahwa keringat-pun memiliki beberapa
jenis. Untuk mandi sauna atau olahraga berat menciptakan keringat dengan kadar
garam yang tinggi sedangkan kegiatan sehari-hari menciptakan keringat dengan
kadar garam rendah. Minuman yang ingin diciptakan oleh perusahaan adalah
minuman menambah kadar air tubuh dalam kehidupan sehari, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa minuman yang harus dibuat adalah dengan membuat minuman
dengan komposisi kadar garam yang rendah.
Lalu Takaichi membuat minuman ujicoba, dengan persis
mengikuti komposisi keringat saat dia berjalan-jalan. Setelah mendapat rasa
yang diinginkan kemudian dia menghadap Harima untuk melaporkan hasil
eksperimennya. Harima segera meminum
ramuan tersebut. Sebagai seorang ahli rasa dia mengatakan dengan jujur bahwa
minuman itu rasanya pahit. Dalam komposisi keringat, selain mengandung ion Natrium yang mengandung rasa asin, terkandung
juga Ion Kalium dan Magnesium yang mengandung rasa pahit. Inilah yang
menyebabkan ramuan Takaichi ada rasa pahit. Harima mengatakan bahwa rasa pahit
tidak bermasalah jika diminum sebagai obat, namun ia mengingatkan bahwa yang
ingin diciptakan oleh perusahaan adalah sebuah minuman ringan. Jadi, jangan
lupakan itu! ujarnya sambil meninggalkan Takaichi yang terlihat kebingungan.
Tahaichi berusaha keras menciptakan minuman yang diinginkan
perusahaan. Bukan hanya di kantor, dirumah pun dia masih memikirkan minuman
tersebut. Bahkan pada hari libur sekalipun dia tetap melakukan penelitian. Dan
akhirnya terlintas ide untuk menambah pemanis alami untuk menghilangkan rasa
pahit. Hal itu diakui Harima saat mencicipi ramuan baru tersebut. Namun yang
menjadi permasalahan baru adalah minuman itu justru menjadi manis. Komposisi
menjadi tidak seimbang ungkap Harima. Apa yang ingin diciptakan perusahaan
adalah minuman kesehatan, bukan minuman jus. Maka kadar gulanya harus ditekan
serendah mungkin. Harima mengingatkan kadar gula dalam minuman tersebut harus
dibawah 10%. Saat itu hampir semua minuman memiliki kadar gula 12% dan itu
menjadikan minuman itu laris. Takaichi berpikir keras untuk menemukan ramuan
yang diinginkan oleh atasannya itu. Ia
kembali berkutat dalam lab ujicobanya. Minuman yang tidak terlalu manis tanpa
rasa pahit. Lebih dari 1000 jenis ujicoba sudah dibuatnya. Dengan tekun dan tanpa
putus asa, Takaichi mencoba dan mencoba eksperimen yang dibuatnya.
Dan akhirnya setelah hampir 3 tahun melakukan eksperimen dan
serangkaian ujicoba. Suatu hari di bulan Mei 1979 Harima membawa ramuan
tersebut kepada Akihiko. Sang presdir segera meminum ramuan terbaru itu. “Masih
tetap ada rasa pahit”, ucapnya dingin dan dibenarkan oleh Harima. Takaichi
merasa tertekan dan menghela nafas panjang.
Kemudian salah seorang karyawan masuk ke dalam ruangan , dia ingin Presiden
Direktur Akihiko menguji minuman uji coba serbuk instan yang sedang
dikembangkan. Minuman itu segera dicicipi. Masih belum sempurna, ucapnya datar.
Akihiko terlihat menerawang. Tanpa diduga dia mencampurkan
kedua minuman yang belum sempurna itu dan segera mencicipinya. “Ini baru enak!”
ucapnya penuh keyakinan. Harima dan Takaichi ikut mencicipi. Harima
membenarkan. Rasa pahitnya hilang, ujar
Takaichi. Ternyata minuman instan rasa jeruk ini bisa membuat netral. Harima menjelaskan mungkin rasa pahit yang
khas dari jeruk dapat menutupi rasa pahit yang tidak enak. Presiden Direktur
Akihiko tersenyum dan kembali meminum racikan campurannya tadi dan tersenyum
penuh kemenangan. Sejarah besar akan
segera dimulai.
Takaichi kembali bersemangat. Dia membeli berbagai jenis
jeruk dan mencampurnya dengan minuman kesehatan. Setelah melakukan serangkaian
ujicoba akhirnya dia menemukan jenis jeruk
yang berhasil menutupi rasa pahit.
Takaichi akhirnya berhasil membuat minuman dengan kadar gula dibawah
10%. Terpilih 2 jenis minuman untuk ujicoba tahap akhir : kadar gula 6,2% dan 7%. Untuk memperoleh tanggapan yang
objektif Harima meminta peneliti lain untuk mencobanya. Para peneliti menyukai
rasa manis yang secara mutlak yaitu kadar gula 7%.
Namun Harima sang ahli rasa mempunyai suatu ide.
Beberapa hari kemudian, sesudah ujicoba di laboratorium
Harima mengajak para peneliti bawahannya melakukan naik gunung dalam kota
Tokushima. Sesampainya di puncak gunung Harima mengeluarkan dua jenis botol
minuman : A dan B. Harima kemudian meminta para peneliti meminumnya. Semua
mengatakan bahwa minuman A terlalu manis dan B lebih enak. Harima mengatakan
bahwa minuman A dengan kadar gula 7% dan minuman B 6,2%. Harima menjelaskan
saat berkeringan minuman dengan kadar gula sedikit terasa segar dan lebih enak.
Selain itu karena ini minuman kesehatan maka harus terasa enak diminum saat
kita melakukan aktifitas. Harima kembali tersenyum.
Harima dan Takaichi kembali menghadap Presiden Direktur
Akihiko. Setelah mencicipi minuman yang ditawarkan tanpa ragu Akihiko
menyetujui minuman tersebut. Dalam sebuah rapat dengan direksi, Akihiko
memperkenalkan minuman yang baru kembangkan dan meminta direksi untuk
mencobanya. Seorang direksi dengan terus terang kurang menyukai minuman
tersebut karena rasanya tawar. Direksi
lain mengatakan rasanya asin dan tidak akan laku. Hampir semuanya memberikan
reaksi negative. Hingga akhirnya Presiden Direktur Akihiko angkat bicara.
“Saya mengerti tanggapan Anda. Tetapi Anda saat ini
meminumnya dalam ruangan rapat. Coba meminumnya setelah berkeringat dan
dipersilahkan minum berulang kali . Dengan demikian Anda baru akan mengerti
hebatnya produk ini.”
Kemudian Akihiko berdiri dan dengan penuh keyakinan
mengatakan, “Saya putuskan perusahaan
kita akan menjual minuman ini!” Lalu menatap Harima dan Takaichi dibalas dengan
anggukan keduanya. Mereka lega dengan keputusan ini. Akhirnya setelah beberapa
tahun bereksperimen, hasil kerja keras mereka dapat terwujud dan akan di
produksi.
Produknya diberi nama Pocari Sweat , yaitu kata Pocari yang
memiliki kesan menyegarkan dan digabung dengan kata Sweat yang memiliki arti
keringat dalam bahasa Inggris.
Pada bulan April 1980 penjualan Pocari Sweat dimulai. Tim
marketing yang dipimpin Jiro Tanaka oleh mulai mengunjungi toko pengecer
langganannya. Namun ketika para pengecer mencoba rasa Pocari Sweat mereka
menolak karena rasanya tidak lazim. Mereka mengatakan rasanya tanggung, manis
tidak, asin juga tidak. Mereka juga tidak yakin bahwa minuman tersebut akan
laku dan menolak untuk menjual di tokonya. Demikian pula dengan toko pengecer
lainnya.
Tim marketing tidak putus aja. Mereka membuat kios
diberbagai event dan menawarkan langsung kepada konsumen. Namun dengan cara
seperti ini pun gagal. Konsumen merasa minuman ini rasanya aneh dan nggak
jelas. Bahkan diantaranya ada yang marah dan mengguyur seorang marketing dengan
Pocari Sweat dari gelasnya.
Reaksi konsumen sangat buruk, sebagaimana yang sudah
dicemaskan oleh direksi. Jajaran marketing cukup terpukul dengan kondisi ini.
Presiden Direktur Akihiko berpikir keras
dan membuat keputusan yang cukup mengagetkan dengan menyuruh para
marketing membagikan Pocari Sweat secara gratis dengan jumlah tidak terbatas.
Akihiko mengatakan bahwa keunggulan Pocari Sweat tidak bisa
dirasakan kalau tidak diminum berulang-ulang. Jangan menghitung kerugian dulu,
yang penting mensosialisasikankonsep
produk secara tepat daripada menjual produk. Dengan demikian nanti konsumen
akan mengerti konsep Pocari Sweat ujarnya dengan penuh keyakinan. Dan penjualan
akan meningkat belakangan lanjutnya, ucapnya meyakinkan para marketing.
Tanaka dan para staf marketing saling berbagi ide, dimana
tempat yang paling efektif untuk membagikan Pocari Sweat secara gratis. Dan
dimulailah operasi pembagian Pocari Sweat secara gratis besar-besaran di
seluruh Jepang. Tanaka menuju ke lapangan baseball sambil berteriak-teriak
memanggil anak-anak untuk berkumpul dan mencoba Pocari Sweat secara gratis. Dia
langsung membuka cool-box dan membagikan Pocari Sweat kepada semua anak yang
tengah kehausan setelah capai bermain baseball.
Anak-anak segera meminumnya dan ketika ditanya Tanaka
bagaimana rasa minuman tersebut mereka menjawab serempak, “Enaaaaak!” Tentu
saja Tanaka senang dan semakin bersemangat menjelaskan manfaat dan konsep
Pocari Sweat sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang ketika olahraga.
Staf marketing yang lain membagikan Pocari Sweat di berbagai
tempat dan mendapat reaksi yang positif dari calon konsumen. Kepada konsumen
yang baru selesai mandi , kepada ibu-ibu yang kelelahan. Rata-rata mengatakan
rasanya aneh tapi enak. Mungkin mereka belum familiar dengan rasa
tersebut.
Tanaka dalam laporan kepada Presiden Direktur Akihiko
mengatakan bahwa konsumen sudah menyadari bahwa Pocari Sweat itu sangat
bermanfaat. Namun dari divisi keuangan melaporkan bahwa perusahaan sudah
mengalami kerugian hingga Rp 400 Milyar dengan pembagian gratis ini dan meminta
segera dihentikan. Namun Akihiko berpendapat lain. Dia ingin tetap program
gratis ini diteruskan hingga akhir tahun dengan suatu keyakinan bahwa suatu
saat keuntungan besar akan diraih.
Telepon berbunyi di ruangan marketing. Tanaka segera
mengangkatnya sambil mengipas-ngipas tubuhnya karena kepanasan. Ternyata telepon dari salah seorang
pelanggannya. Lalu dia terlonjak kaget. “Hah! Stok Pocari Sweat Sudah habis?”
ucapnya setengah berteriak. Tiba-tiba
banyak permintaan untuk mengirim Pocari Sweat dari penjuru negeri.
Dengan konsep dan rasa yang sudah dimengerti konsumen dan
hasilnya berbuah pada musim panas tahun kedua. Penjualan melonjak hingga 3 kali
lipat dari Rp 900 milyar (1980)menjadi
Rp 2,6 triliun (1981)
Keyakinan Presiden Direktur Akihiko akhirnya berbuah. Untuk
mencapai sebuah kesuksesan diperlukan perjuangan, kegigihan dan pengorbanan.
Itulah filosofi yang dipegang teguh oleh Akihiko yang didapat dari ayah dan
kakeknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar