Sejarah
Waze didirikan pada tahun 2006 di Israel oleh Uri Levine
dengan didukung Software Engineer Ehud Shabtai, and Amir Shinar. Pertama kali
perusahaan yang mendirikan ini bernama Linqmap.
Melihat perkembangan Waze yang positif, ada investor yang
tertarik untuk investasi di Waze. Setidaknya ada dua kali investasi besar yang
dilakukan oleh Waze yaitu $25 juta pada 2010. Dan pada 2011 ketika Waze
meningkatkan service termasuk untuk di Asia, dapet $30 juta lagi dari Investor.
Pada Desember tahun 2011 perusahaan ini telah mempunyai
setidaknya 80 pegawai, 70 di Israel dan sepuluh di California, termasuk sang
Investor terbesar Arik Gilon.
Akhirnya pada Juni
2013 Waze berhasil mendapatkan penghargaan The best Overall Mobile App award at
the 2013 di Mobile World Congress mengalahkan aplikasi-aplikasi besar macam
Dropbox, Flipboard dan lain-lain.
Google telah secara resmi mengumumkan bahwa perusahaan itu
telah mengakuisisi Waze senilai US$ 1,3
miliar (sekitar Rp 12,7 triliun).. Dan selanjutnya memaparkan bahwa aplikasi
ini telah memiliki 45 juta pengguna dari 193 negara.
Hal ini cukup mengejutkan lantaran sebelumnya Facebooklah
yang paling gencar melakukan pendekatan dengan Waze, namun CEO Waze meminta
Facebook agar tidak membawa para pekerjanya pindah ke kantor Facebook di
Amerika, CEO Waze meminta agar para pekerja Waze tetap berada di Israel, dimana
kantor utama Waze berada saat ini. Itulah yang membuat Facebook agak kesulitan
mengabulkan permintaan Waze.
Waze adalah perusahaan yang memberikan service Turn-by-Turn
Navigation dengan memberikan fitur yang cukup komprehensif. Aplikasi ini bisa
membuat pengguna menghindari kemacetan ketika akan menuju suatu tempat. Kamu
bisa mendapatkan estimasi waktu perjalanan dari banyak parameter dengan waze
ini.
Berikut adalah jajaran petinggi-petinggi Waze saat ini:
Noam Bardin : CEO
Uri Levine : Co- Founder, President
Ehud Shabtai : Co- Founder, CTO
Amir Shinar : Co-Founder, VP R&D
Fej (Yuval) Shmuelevitz : VP Community and Operations
Yael Elish : VP Product and Marketing
Di-Ann Eisnor : VP Platforms and Partnerships, Community Geographer
Samuel Keret : VP Business Development
Anat Zach : VP Finance
Menurut survei yang dilakukan lembaga riset TNS, sebanyak 70 persen dari total pengguna seluler di Indonesia mengaku berminat menggunakan layanan berbasis lokasi. Hanya 25 persen yang tidak tertarik.
Aplikasi Waze, merupakan salah satu contoh aplikasi digital berbasis lokasi yang cukup banyak dipakai pengguna smartphone di Indonesia. Waze kerap digunakan sebagai aplikasi wajib untuk digunakan untuk memandu perjalanan hingga menghindari kemacetan.
Waze dimanfaatkan pengguna di Indonesia untuk berbagi informasi dan mengetahui situasi lalu lintas, dengan memanfaatkan fitur GPS. Tak heran jika Indonesia masuk dalam 10 besar pengguna Waze secara global.
Dalam diskusi Advertising Platform in Location Based Media yang digelar Asia Pacific Media Forum (APMFx) di Jakarta, Selasa (11/2/2014), Direktur Penjualan Waze untuk kawasan Asia Pasifik dan Eropa, Eleanne Hattis menjelaskan, Waze dapat merekomendasikan rute berdasarkan jarak dan kondisi macet yang dilaporkan para pengguna.
Jika ada jalur warna merah, berarti sedang terjadi kemacetan di sana berdasarkan laporan dari pengguna.
Laporan macam ini disebut laporan aktif. Sedangkan yang disebut laporan pasif, pengguna tak harus melaporkan kondisi jalur yang dilewati. Dengan mengaktifkan Waze dan menentukan tempat tujuan, sudah berupa laporan pasif yang merekam data kecepatan rata-rata.
Dari manakah Waze mendapatkan uang? Layanan ini membuka lapak iklan. Ketika pengguna mencari sebuah lokasi, misalnya, bisa muncul iklan toko retail di sekitar daerah tujuan pengguna. Jika pengguna meng-klik iklan tersebut, maka Waze akan mendapat keuntungan. Bukan hanya itu, pengiklan juga dapat menawarkan voucher digital yang dapat ditukarkan di toko retail tersebut.
Waze kini memiliki 78 juta pengguna terdaftar di seluruh dunia. Pada November 2013, jumlah pengguna Waze di Indonesia telah mencapai 750.000 pengguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar